Monyet ekor panjang (Masaca Fascicularis) atau lebih dikenal sebagai kera pemakan kepiting merupakan jenis primata cercopithecine asli Asia Tenggara.
Di berbagai tempat monyet ini dilihat sebagai hama pertanian, hewan suci di beberapa kuil, dan pada beberapa tempat dijadikan sebagai subjek eksperimen medis.
Monyet ini dikenal sebagai jenis primata yang cerdas, berikut adalah beberapa fakta menarik seputar monyet ekor panjang.
Habitat asli monyet ini meluas di seluruh wilaya Asia Tenggara seperti, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia, Filipina dan Indonesia.
Primata ini dapat bertahan hidup dan berkembang biak di berbagai macam habitat, beberapa diantaranya yaitu hutan primer, hutan terganggu dan hutan sekunder, hutan di dekat sungai, dan hutan yang terdapat pada pinggiran pantai.
Beberapa juga ada di rawa, padang rumput semak belukar, hutan primer dataran rendah, dan kebun karet atau sawit. Hewan ini dapat bertahan hidup dengan baik di berbagai macam habitat, membuatnya menjadi menarik.
Monyet ekor panjang memiliki bentuk fisik yang kecil dan mungil dengan ukuran rata-rata sekitar 15-22 inci. Karakteristik fisik yang paling menonjol dari monyet ini adalah ukuran ekornya yang bisa mencapai 16-26 inci, lebih panjang dari ukuran tubuhnya sendiri.
Monyet inni memiliki mantel bulu berwarna abu-abu dan coklat tua dengan mahkota rambut sedikit berwarna emas di kepala. Semakin ke bawah, warna mantel bulu monyet ini akan semakin terang dan cerah daripada bagian belakang tubuh mereka.
Monyet jantan cenderung memiliki kumis besar dan gigi taring besar. Sedangkan betina berukuran lebih kecil dan cenderung berjanggut.
Walaupun lebih dikenal sebagai monyet pemakan kepiting, primata ini juga memanfaatkan hampir semua jenis makanan yang dapat mereka cari dan makan.
Kepiting bukanlah makanan utama monyet ini, mereka bertahan hidup dengan pola makan buah-buahan dan biji-bijian dengan jumlah antara 60 dan 90 persen dari konsumsi mereka.
Jika bahan tumbuhan tidak tersedia, maka mereka akan berusaha berburu dan memakan burung kecil, kadal, ikan, dan telur. Hanya sedikit populasi yang benar-benar mengkonsumsi kepiting dan krustasea lainnya.
Monyet ini hidup dengan cara berkelompok, dimana dalam satu kelompok terdapat kurang lebih 30 anggota, termasuk betina utama, keturunannya, dan beberapa jantan. Dalam satu kelompok biasanya memiliki lebih sedikit jantan daripada betina.
Monyet betina memiliki tingkat kelahiran tertinggi sekitar usia 10 tahun dan benar-benar berhenti melahirkan anak pada usia 24 tahun.
Kelompok sosial monyet ekor panjang bersifat betina, artinya pejantan akan bubar pada saat pubertas. Dengan demikian, keterkaitan kelompok rata-rata tampaknya lebih rendah dibandingkan dengan matrilines.
Monyet adalah individu yang kecil dan lemah, hidup dalam berkelompok dapat memberikan perlindungan yang cukup dari ancaman luar.
Seperti banyak primata lainnya, monyet ekor panjang ini merupakan hewan yang sangat cerdas. Beberapa laporan menunjukkan bahwa mereka dapat menggunakan alat-alat batu untuk membuka mur dan cangkang.
Mereka mungkin juga memiliki kemampuan untuk mencuci atau menggosok makanan mereka sebelum dikonsumsi.
Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mempublikasikan laporan yang menyatakan kenaikkan tingkat status konservasi monyet ekor panjang dari rentan (vulnerable) menjadi terancam punah (endangered).
Hal ini pastinya bukanlah suatu berita yang bagus. Sebab, kenaikan status tersebut disebabkan populasi monyet ekor panjang yang semakin menurun.
Adapun penurunan populasi monyet ekor panjang ini berkaitan dengan hilangnya habitat utama mereka di hutan Asia Tenggara. Sebab, hal tersebut sering dibuka untuk perkebunan, penebangan liar, dan pemukiman manusia.