Faunatis.com - Kelinci Belang Sumatera sebenarnya adalah salah satu dari sedikit spesies Kelinci yang hidup di lingkungan hutan hujan, dan juga memiliki perbedaan yang menjadikan mereka sebagai salah satu Kelinci paling langka di dunia. Karena habitatnya yang terpencil dan padat serta perilaku nokturnalnya, mereka jarang terlihat, dan belum dipelajari dengan baik.
Faktanya, mereka tidak terlihat sama sekali antara tahun 1972 dan 2000, dan hanya dilaporkan 3 kali sejak itu! Ada sekitar setengah lusin spesimen museum di seluruh dunia, tetapi sebagian besar dikumpulkan lebih dari 100 tahun yang lalu, sebelum banyak ancaman konservasi saat ini meningkat. Kelangkaan mereka membuat daftar "Rentan" mereka tidak mengejutkan, dan mereka terus berada dalam masalah karena hilangnya habitat.
Sumatera menghadapi krisis deforestasi. Karena itu, negara Indonesia memiliki banyak spesies yang rentan, terancam punah, dan sangat terancam punah.
Sekilas, jika kita mendengar spesies langka yang ada di pulau Sumatera, pasti yang kita tahu hanya Gajah, Harimau, dan Badak. Semua spesies Sumatera tersebut terancam punah, dan mereka sangat populer dan dipolitisasi. Tetapi ada spesies Sumatera yang kurang dikenal yang mungkin belum pernah didengar, meskipun dianggap yang paling langka dari jenisnya di dunia yaitu Kelinci Belang Sumatera.
Kelinci Belang Sumatera merupakan hewan yang sangat sulit untuk dikenali. Spesies ini merupakan spesies yang paling langka di dunia dan merupakan salah satu dari dua anggota genus Nesolagus yang masih hidup. Itu lah alasan mengapa kelinci ini sangat jarang diketahui oleh orang.
Kelinci Belang Annamite merupakan spesies kelinci Nesolagus lainnya. Kelinci Annamite memiliki penampilan yang sangat mirip dengan Kelinci Belang Sumatera. Meskipun memiliki penampilan yang sama, ternyata studi genetik mengatakan bahwa kedua spesies ini merupakan jenis yang berbeda sekitar delapan juta tahun yang lalu. Sangat sedikit yang bisa diketahui mengenai hewan yang satu ini. Hal itu dikarenakan Kelinci Belang Sumatera hampir tidak pernah terlihat oleh orang-orang Sumatera.
Penampakan terakhir spesies ini tercatat hanya ada pada tahun 1972 dan tidak ada yang pernah melihatnya semenjak tahun 1916. Kelinci Belang Sumatera diyakini telah lama punah, namun keyakinan itu terbantahkan ketika hewan mungil ini tak sengaja tertangkap oleh jebakan kamera yang terpasang di salah satu hutan di Sumatera.
Tiga survei telah dilakukan pada tahun 1998 untuk mencari bukti makhluk langka ini walaupun hasilnya nihil. Dan ternyata pada tahun 2007 dan 2011, kelinci ini tertangkap kamera oleh kamera jebakan. Dan kemudian, pada tahun 2008 seorang ilmuwan melihatnya secara langsung, ketika sedang berada di Taman Nasional Bukit Barisan Seletan. Dan pada kesempatan itulah, kelinci ini dapat difoto secara langsung.
Walaupun hanya beberapa kali terlihat di seratus tahun terakhir ini, namun foto itu juga sudah cukup untuk menggambar bagaimana penampilan fisiknya, tidak lagi melalui sketsa-sketsa yang digambar menggunakan tangan.
Kelinci Belang Sumatera memiliki postur tubuh yang hampir mirip dengan Cottontail Eropa standar. Namun, mantel yang mereka punya sangat berbeda, menampilkan garis-garis coklat yang berbeda yang mengalir di tubuh dan wajah. Garis-garis berfungsi untuk berkamuflase yang memungkinkan kelinci ini untuk berbaur dengan lingkungan hutan hujannya.
Mungkin ada lagi jenis variasi yang lain yang tidak diketahui. Tetapi setidaknya kita sudah mengetahui bagaimana bentuk, ukuran serta warna garis-garisnya.
Tentu saja sesuai dengan namanya, kelinci ini berasal dari Pulau Sumatera, Indonesia. Meskipun berasal dari Sumatera, bahkan orang-orang Sumatera saja tidak pernah melihat keberadaan kelinci ini, karena memang kelinci ini sangat jarang terlihat (mungkin karena sifatnya yang noktural atau aktif di malam hari).
Pada tahun 2007 dan 2008, para peneliti memasang beberapa kamera jebakan di Taman Nasional Bukit Barisan Seletan. Lalu, pada tahun 2012, salah seorang peneliti yang berasal dari University of Delaware secara tak sengaja menemukan foto Kelinci Belang Sumatera melalui kamera jebakan yang telah mereka pasang di taman nasional ketika mencoba mencari sosok macan tutul yang langka.
Taman nasional terbesar di Sumatera adalah Kerinci Seblat. Walaupun tidak ada foto yang bisa didapatkan di taman ini, namun ada kabar baik yang bisa didapatkan, yaitu para ilmuwan telah berhasil melihat sosok kelinci ini di beberapa kesempatan. Dan untuk kedepannya, penelitian lebih lanjut telah dilakukan demi menjaga spesies ini tetap ada di bumi.