Faunatis.com - Anoa (Bubalus sp) merupakan salah satu satwa endemik yang dilindungi dan menjadi ciri khas Pulau Sulawesi yang turut mendiami kawasan hutan lindung Desa Sangginora, Kabupaten Poso.
Banyak yang menyebut anoa sebagai kerbau kecil, namun yang jelas hewan ini merupakan fauna peralihan antara benua Asia dan Australia. Spesies ini juga dianggap berkerabat dengan banteng oleh ahli satwa bernama Groves pada tahun 1969.
Anoa sering diburu untuk diambil kulit, tanduk dan dagingnya. Sejak tahun 1986, International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan anoa dalam daftar satwa terancam punah. Minimnya pengetahuan masyarakat dan masih lazimnya berburu anoa untuk dikonsumsi, membuat perlindungan terhadap spesies langka tersebut menjadi tantangan tersendiri.
Klasifikasi ilmiah anoa adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Subfamili : Bovinae
Genus : Bubalus
Spesie : Bubalus quarlesi dan Bubalus depressicornis
Terdapat dua jenis anoa, yaitu :
Disebut juga sebagai mountain anoa (Bubalus quarlesi). Anoa pegunungan memiliki tubuh yang kecil, berbulu lebat, warna bulu lebih gelap, berekor panjang, berkaki putih dan memiliki tanduk kasar dengan penampang segitiga.
Disebut juga sebagai lowland anoa (Bubalus depressicornis). Anoa dataran rendah memiliki tubuh yang cenderung lebih besar, ekornya pendek dan lembut, serta memiliki tanduk yang melingkar.
Secara umum, kedua jenis anoa tersebut dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuh dan bentuk tanduknya.
Terdapat perbedaan habitat antara anoa dataran rendah dan anoa pegunungan. Anoa dataran rendah hidup di daerah pesisir pantai, hutan rawa, padang rumput, hutan hujan tropis serta lembah-lembah hingga ketinggian 1.000 mdpl.
Sedangkan anoa pegunungan berada di habitat tutupan hutan pegunungan Sulawesi hingga ketinggian 2.300 mdpl. Hewan yang memiliki sifat agresif ini umumnya mendiami hutan-hutan yang belum terjamah dan dieksploitasi oleh manusia. Lingkungannya berada pada kisaran 22-27 derajat Celcius.
Wilayah jelajah anoa meliputi daerah aliran sungai dan hutan-hutan yang memiliki sumber air dengan ketinggian yang beragam. Topografi Pulau Sulawesi yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit merupakan habitat yang cocok bagi binatang ini.
Anoa tersebar secara terbatas di kawasan Indonesia tengah, terutama di Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. Groves 1969 menyatakan jika anoa pegunungan juga ditemukan di semenanjung utara dan sebagian semenanjung tenggara Pulau Sulawesi.
Populasi anoa menurun drastis terutama di wilayah Sulawesi bagian utara. Data tersebut diperoleh dari peta sebaran yang menunjukkan kawasan yang seharusnya menjadi area konservasi di Sulawesi Utara seperti Cagar Alam Gunung Ambang, Cagar Alam Tangkoko Batuangus dan Cagar Alam Manembo-nembo justru mengalami kepunahan secara lokal.
Wilayah konservasi dan perlindungan lain yang masih menjadi habitat anoa antara lain Cagar Alam Gunung Lambusango, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Pegunungan Takolekaju, Taman Nasional Lore Lindu, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Suaka Margasatwa Nantu, Pegunungan Latimojong, Pegunungan Quarles, hutan lindung di sekitar Danau Towuti dan Danau Matano, hutan Tanjung Peropa, hutan di Kolaka, dan Pegunungan Abuki.
Populasi Anoa mengalami tren penurunan. Penyebab penurunan drastis populasi anoa adalah karena hutan yang merupakan habitatnya dikonversi menjadi perkebunan, pertambangan, atau permukiman, serta perburuan ilegal yang masih terjadi.
Untuk populasi anoa dataran rendah, saat ini diperkirakan hanya tersisa sekitar 5.000 ekor. Jumlahnya masih akan terus berkurang seiring dengan perburuan liar yang tak henti dan manusia yang terus mengganggu habitatnya. Jumlah populasi anoa yang semakin berkurang menjadikan satwa endemik Pulau Sulawesi ini berstatus terancam punah.
Itula informasi mengenai Anoa, satwa endemik Pulau Sulawesi. Dapatkan informasi seputar flora dan fauna lainnya hanya di Faunatis.com. semoga bermanfaat dan selamat membaca.