Burung Gagak: Taksonomi, Ciri, Habitat, Makanan dan Cara Perkembangbiakannya

26-08-2023

Faunatis - Burung gagak adalah salah satu jenis burung dari keluarga Corvidae yang memiliki ciri khas berbulu hitam dan cenderung memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan sebagian besar burung lainnya.

Mereka memiliki paruh yang kuat dan seringkali mengeluarkan suara panggilan yang khas. Gagak ditemukan hampir di seluruh dunia, kecuali di Amerika Selatan, dan memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap berbagai lingkungan.

Walaupun umumnya tidak banyak yang memelihara gagak sebagai burung kicauan, namun sebenarnya burung tersebut masih termasuk dalam kelompok burung kicau.

Nyaris semua varian gagak memiliki ukuran tubuh yang cenderung besar jika dibandingkan dengan burung-burung lainnya.

Melansir dari berbagai sumber berikut ini adalah taksonomi, ciri, habitat, makanan, cara perkembangbiakan gagak, simak baik-baik, yah!

Taksonomi

Berikut adalah klasifikasi ilmiah dari burung gagak yang terkenal dengan suara kicauannya.

Kerajaan: Animalia

Sub-kerajaan: Bilateria

Infra-kerajaan: Deuterostomia

Filum: Chordata

Sub-filum: Vertebrata

Infra-filum: Gnathostomata

Kelas: Aves

Kelas super: Tetrapoda

Ordo: Passeriformes

Famili: Corvidae

Genus: Corvus

Ciri-ciri burung gagak

Burung ini memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dari burung lain. Dengan ukuran tubuh yang umumnya besar, berkisar antara 40 hingga 70 cm, mereka memiliki bulu berwarna hitam mengkilap yang mampu memancarkan kilau ungu atau biru pada cahaya tertentu. 

Kecerdasan gagak sangat mengesankan, termasuk kemampuan mereka dalam menggunakan alat untuk mencari makanan. Suara kicauannya beragam dan rumit, bahkan mampu menirukan suara lain, termasuk suara manusia. Perilaku sosial gagak juga menonjol, sering hidup dalam kelompok yang bekerja sama dalam mencari makanan dan mempertahankan wilayah.

Habitat Burung Gagak 

Habitat burung ini sangat beragam dan mencakup berbagai tipe lingkungan di seluruh dunia. Mereka dapat ditemukan di hutan-hutan, baik yang lebat maupun yang tumbuh di pegunungan. Tidak hanya itu, beberapa spesies gagak juga berhasil beradaptasi dengan lingkungan perkotaan, menjadikan taman-taman kota dan area terbuka di pemukiman manusia sebagai tempat tinggal mereka. 

Selain itu, gagak juga sering menghuni tepian sungai dan pantai, terutama di daerah dengan batu-batu besar atau tebing. Mereka juga mampu beradaptasi dengan lahan pertanian, padang rumput, dan dataran terbuka lainnya. Bahkan, beberapa spesies gagak mampu bertahan di lingkungan yang lebih ekstrim seperti padang pasir dan gurun. 

Makanan Burung Gagak 

Makanan burung pengicau ini sangat beragam dan mencakup berbagai jenis makanan, menjadikannya pemakan segala atau omnivora yang sangat adaptif. Di alam liar, mereka memanfaatkan berbagai sumber makanan yang tersedia. Diet mereka terdiri dari biji-bijian, buah-buahan, serangga, dan bangkai hewan. 

Mereka dapat mencari biji-bijian di tanah, memakan buah-buahan yang tergeletak di pohon, serta mengejar serangga di udara atau di permukaan tanah. Namun, salah satu ciri paling mencolok adalah kemampuan mereka untuk memanfaatkan bangkai hewan yang mati. 

Mereka berperan penting dalam membersihkan lingkungan dari bangkai yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Fleksibilitas diet mereka adalah salah satu alasan utama keberhasilan adaptasi  gagak di berbagai habitat, mulai dari perkotaan hingga alam liar.

Cara Perkembangbiakan Burung Gagak 

Gagak memiliki cara perkembangbiakan yang khas dan menarik. Mereka termasuk dalam golongan burung yang menjalin hubungan pasangan seumur hidup. Proses perkembangbiakan gagak melalui beberapa tahapan yang mencakup pemilihan pasangan, pembuatan sarang, pembentukan telur, pengeraman telur, perawatan anak, hingga kemandirian.

Pertama, gagak memilih pasangan dengan cermat, dan pasangan ini akan tetap bersama seumur hidup. Setelah itu, mereka membuat sarang yang besar dan kokoh di cabang pohon, semak-semak, bahkan batu karang atau bangunan gedung. Betina kemudian meletakkan telur-telur di dalam sarang, dengan jumlah telur yang dapat mencapai sekitar 20 butir, memiliki warna cangkang yang kebiruan.

Proses pengeraman dimulai setelah semua telur terletak. Betina akan duduk di atas telur-telurnya selama sekitar 2 hingga 3 minggu untuk menjaga suhu dan kelembaban yang optimal. Setelah telur menetas, kedua orang tua secara bersama-sama merawat anak-anaknya, memberikan makanan dan perlindungan dari potensi bahaya.

Selama beberapa minggu, anak-anak gagak akan tinggal di sarang untuk mengembangkan keterampilan mereka. Setelah dewasa cukup, mereka meninggalkan sarang dan memulai hidup mandiri, tetapi tetap berada dalam kelompok burung gagak. Keseluruhan proses ini, dari pemilihan pasangan hingga kemandirian anak-anak, merupakan bagian penting dalam menjaga kelangsungan hidup dan reproduksi gagak.

Mitos seputar Burung Gagak

Burung ini kerap  dihubungkan dengan berbagai mitos dan keyakinan yang beragam di berbagai budaya. Dalam budaya Eropa, gagak sering dianggap memiliki makna yang kurang baik. Dalam buku "Belajar Tadabbur Ilmu Karakter Pada Lebah" karya Dr. Doni Putra, Lc, MHum, diungkapkan beberapa pandangan mengenai gagak yang mencerminkan mitos tersebut.

Di Eropa, gagak kadang-kadang dihubungkan dengan dunia magis dan mistis. Mereka dianggap sebagai "peliharaan" dari penyihir atau tokoh-tokoh berkekuatan gaib. Pandangan ini mengakar dalam interpretasi penampilan fisik gagak yang gelap dan serak, yang dianggap mewakili aspek-aspek yang misterius dan kadang-kadang menakutkan.

Namun, di Indonesia, mitos seputar burung ini memiliki nuansa berbeda. Kemunculan gagak dalam hutan dianggap sebagai isyarat datangnya kesulitan atau tantangan. Pandangan ini mencerminkan cara pandang yang lebih lokal tentang gagak dan pesan yang mungkin dianggapnya membawa.

Itulah beberapa informasi terkait burung gagak lengkap dengan mitosnya. Dengan bulu hitam yang mencolok dan kecerdasan yang mengagumkan,  gagak adalah salah satu makhluk yang tak lekang oleh waktu di langit biru. Meskipun jarang menjadi burung kicauan, mereka tetap menarik perhatian dengan sifat adaptifnya yang memungkinkan mereka bersemayam di berbagai habitat.

Artikel Lainnya