Mengenal Tarsius, Primata Terkecil di Dunia

19-04-2022

Faunatis.com - Tarsius adalah primata terkecil di dunia yang tersebar di Pulau Sulawesi. Tarsius merupakan mamalia sejenis monyet yang memiliki postur tubuh yang mungil. Ia tergolong hewan karnivora pemakan serangga, kadal, atau ular kecil.

Tarsius biasa tinggal di dalam batang pohon yang berongga yang rimbun, seperti beringin dan bambu. Jika sudah merasa nyaman berdiam di suatu pohon, tarsius bisa menetap di sana dalam waktu yang cukup lama. Hewan ini hidup secara berkeluarga. Dalam satu keluarga bisa beranggotakan lima hingga enam ekor tarsius.

Uniknya, Tarsius merupakan hewan setia yang hanya memiliki satu pasangan seumur hidup. Jika pasangannya mati, tarsius tidak akan mencari pengganti yang lain. Biasanya kalau yang jantan mati, lama-lama psangan betinanya juga mati.

Morfologi dan Tingkah Laku Tarsius

Tubuh primata ini relatif kecil dengan panjang tubuhnya berkisar antara 12-15 cm dan memiliki berat tubuh untuk jantan sekitar 128 gram sedangkan betina sekitar 117 gram. Bulu tubuh Tarsius bancanus  lembut berwarna coklat kemerahan, abu-abu kecoklatan hingga jingga kekuningan.  Tarsius ini memiliki ekor yang panjangnya dapat melebihi panjang tubuhnya yaitu sekitar 18-22 cm.

Tarsius bancanus memiliki mata yang besar sekali yang berukuran hampir sebesar keseluruhan otaknya dimana setiap bola matanya berdiameter sekitar 16 mm. Kaki belakangnya sangat panjang yaitu hampir dua kali panjang tubuhnya. Jari-jari tangan dan kaki memanjang, dengan jari ketiga kira-kira sama panjangnya dengan lengan atas.

Pada ujung jarinya terdapat kuku, namun pada jari kedua dan ketiga dari kaki belakang berupa cakar yang biasa mereka pakai untuk merawat tubuh. Semua jenis tarsius bersifat nokturnal artinya hewan ini tidur pada siang hari dan aktif pada malam hari. Tidak seperti kebanyakan binatang nokturnal lain, Tarsius tidak memiliki daerah pemantul cahaya (tapetum lucidum) di matanya.

Mereka juga memiliki fovea, suatu hal yang tidak biasa pada binatang nokturnal. Otak tarsius berbeda dari primata lain dalam hal koneksi kedua mata dan lateral geniculate nucleus, yang merupakan daerah utama di talamus yang menerima informasi visual. Rangkaian lapisan seluler yang menerima informasi dari bagian mata ipsilateral (sisi kepala yang sama) dan contralateral (sisi kepala yang berbeda) di lateral geniculate nucleus membedakan tarsius dari lemur, kukang, dan monyet, yang semuanya sama dalam hal ini.

Habitat Tarsius

Ada tiga lokasi di mana hewan langka ini ditemukan dan diakui oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), yakni Belitung, Sulawesi, dan Filipina.

Pulau Sulawesi merupakan surga bagi tarsius. Di sana terdapat 11 jenis tarsius, yaitu T. tarsier, T. fuscus, T. sangirensis, T. pumilus, T. dentatus, T. pelengensis, T. lariang, T. tumpara, dan T. wallacei. Masih ada juga dua spesies tarsius lainnya yang ditemukan pada Mei 2017, yaitu Tarsius spectrumgurskyae dan Tarsius supriatnai.

Habitat tarsius berada di antara pepohonan besar di tengah hutan rimba sebagai tempat ia hinggap. Salah satu wilayah yang banyak didiami tangkasi, bahasa setempat untuk tarsius, adalah kawasan biosfer Cagar Alam Tangkoko Batuangus, Kecamatan Bitung Utara, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Di cagar alam seluas sekitar 8.745 hektare itulah tinggal si mungil Tarsius tarsier atau dikenal juga dengan nama Tarsius spectrum. Tarsius jenis itu juga mudah ditemui di Suaka Margasatwa Tandurusa di Aer Tembaga, yang lokasinya masih di kawasan Belitung juga. Tarsius banyak menghabiskan waktu di ketinggian pohon-pohon besar.

Itulah informasi mengenai satwa endemik Pulau Sulawesi yang merupakan primata terkecil di dunia. Dapatkan informasi seputar flora dan fauna lainnya hanya di Faunatis.com, semoga bermanfaat.

Artikel Lainnya