Faunatis.com - Rusa bawean (Axis kuhlii) adalah hewan endemik yang berasal dari Pulau Bawean, tepatnya di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Jenis rusa ini tergolong menjadi satwa yang semakin langka dan terancam punah.
Dibandingkan dengan jenis lainnya, rusa bawean memiliki tubuh berukuran relatif lebih kecil, dengan tinggi berkisar antara 60-70 cm dan panjang sekitar 105-115 cm.
Spesies rusa ini merupakan satwa asli Indonesia yang saat ini populasinya terus menurun. Untuk lebih mengenal hewan yang satu ini, simak ulasan lengkapnya di bawah ini yuk!
Berikut ini adalah klasifikasi rusa bawean, antara lain:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Artiodactyla
Subordo: Ruminansia
Famili: Cervidae
Subfamili: Cervinae
Genus: Axis
Spesies: A. kuhlii
Nama Binomial: Axis kuhlii
Klasifikasi ilmiah rusa bawean ini cukup menarik perhatian, karena memiliki ciri dan karakteristik yang khas. Uniknya, hewan ini tak memiliki gigi taring sehingga para ahli taksonomi mengelompokkannya ke dalam genus Axis. Namun, sebagian ahli beropini untuk mengelompokkan rusa bawean ke dalam genus Cervus. Hal itu dipertimbangkan berdasarkan perbandingan kondisi tengkoraknya.
Selain perbedaan pendapat para ahli tersebut, juga ada ahli taksonomi yang berpendapat agar sebaiknya rusa bawean digolongkan ke dalam genus Axis dan sub Hyelaphus. Hal itu didasari dari kesamaan bentuk morfologi dengan rusa hog dari Filipina.
Karena perbedaan pendapat itu, akhirnya disepakati bahwa rusa bawean diberi nama latin Axis kuhlii, karena hewan mamalia ini tidak memiliki gigi taring. Rusa bawean hanya memiliki gigi tengah dengan incisor yang membesar, bentuk tengkorak yang pendek, struktur tanduk mirip dengan Axis porcinus, dan tulang hidung yang lurus.
Ciri dan bentuk tubuh rusa bawean bisa dibedakan dengan mudah dibandingkan dengan jenis lainnya. Tubuh satwa endemik ini lebih kecil dengan tinggi berkisar 60 cm hingga 70 cm. Bobot tubuh rusa bawean dewasa berkisar antara 50-60 kg, sedangkan rusa yang baru lahir memiliki berat sekitar 1kg hingga 1,5 kg untuk rusa betina dan 1,5 kg hingga 2 kg untuk rusa jantan.
Ekornya berwarna cokelat dengan panjang sekitar 20 cm dan berwarna keputihan di bagian lipatan dalam. Bulu rusa bawean ini pendek dan berwarna cokelat kemerahan. Di sekitar mulut rusa betina, terdapat bulu-bulu dengan warna lebih terang dibandingkan bagian tubuh lainnya. Sementara itu, bulu rusa jantan berwarna cokelat kehitaman.
Pada bagian mata hewan ini terdapat lekukan kecil sekitar 1-2 cm dan berbulu. Lekukan tersebut merupakan area kelenjar preorbital. Ukuran leher rusa bawean cukup panjang, sehingga kepalanya hampir sejajar dengan tubuh bagian belakang ketika sedang menoleh.
Terdapat perbedaan antara bentuk telinga rusa jantan dan betina, dimana telinga rusa jantan agak meruncing dan rusa betina berbentuk sedikit membulat. Selain itu, rusa bawean yang memiliki tanduk hanya yang berjenis kelamin jantan. Tanduk rusa bawean jantan dewasa berjumlah sepasang dan bercabang tiga, sementara tanduk rusa muda belum tumbuh bercabang.
Tanduk rusa muda tampak seperti tonjolan yang ada di sekitar dahi. Selanjutnya, setelah rusa jantan berusia 20 bulan hingga 30 bulan, tanduknya akan tumbuh dan bercabang tiga. Di usia 7 tahun, tanduk tersebut akan tanggal atau patah kemudian digantikan oleh tanduk baru yang tidak akan tanggal lagi selama hidupnya.
Demikianlah informasi mengenai klasifikasi dan morfologi rusa bawean yang menarik untuk diketahui. Temukan informasi menarik seputar flora dan fauna lainnya hanya di Faunatis.com.