Dugong (duyung) adalah salah satu mamalia laut yang mempesona.
Hewan ini merupakan herbivora dengan makanan utama berupa rumput laut.
Dugong memiliki nama ilmiah Dugong dugon dan hidup terutama di perairan hangat Afrika Timur, Indonesia, Jepang, Philipina dan Australia.
Mamalia ini merupakan anggota ordo Sirenia. Spesies dari ordo Sirenia diyakini berevolusi dari mamalia darat berkaki empat.
Evolusi ini diyakini terjadi lebih dari 60 juta tahun yang lalu.
Ini adalah alasan mengapa dugong dengan gajah memiliki hubungan kekerabatan yang erat.
Memiliki gaya berenang angguan, membuat dugong menjadi inspirasi bagi kisah-kisah sirene dan putri duyung.
Populasi dugong di laut diketahui menurun drastis karena polusi kimia, perburuan yang tidak terkendali, dan percepatan pembangunan pesisir.
Fakta Menarik tentang Dugong (Duyung)
Terdapat 4 spesies dalam famili dugong, 3 dari 4 adalah manatee dan hanya 1 yang merupakan dugong.
Dan salah satu spesies, Dugong dungon, diketahui hidup di perairan Sulawesi Utara.
Satu-satunya spesies dugong sejati lainnya (Hydrodamalis gigas) diburu hingga punah pada tahun 1767, hanya 36 tahun setelah penemuannya.
Penampakan fisik Hydrodamalis gigas mirip dengan Dugong dugon tetapi jauh lebih besar dengan panjang tubuh 7-10 meter dan berat antara 4.500-5.900 kilogram.
Dugong sering disebut sebagai “sapi laut” karena tubuhnya yang berat dan terlihat kokoh.
Hewan ini berwarna coklat keabu-abuan dan panjangnya berkisar dari 2,4 meter hingga 4 meter dan dugong dewasa memiliki berat antara 230 – 400 kilogram.
Dugong memiliki dua sirip depan pendek seperti dayung dan ekor lurus yang digunakan untuk mendorong melalui air.
Ekor adalah ciri yang membedakan dugong dari manatee. Manatee memiliki ekor berbentuk dayung, sedangkan dugong mirip dengan paus.
Telinga dugong hampir tidak terlihat tetapi dianggap sangat sensitif dan mengimbangi penglihatan yang buruk.
Dugong memiliki mulut besar untuk membantu mencari makanan rumput laut.
Hewan ini juga memiliki gading tetapi hanya terlihat pada jantan dewasa dan betina yang sangat tua dan diketahui masih berkerabat dengan gajah.
Bentuk dan ukuran mamalia ini secara umum dapat dibandingkan dengan lumba-lumba.
Perbedaannya, dugong memiliki kepala yang tidak terlalu ‘streamline’ serta tidak memiliki sirip punggung.
Seperti disebutkan sebelumnya, dugong adalah mamalia herbivora dengan makanan terutama berupa rumput laut.
Menggunakan moncongnya, dugong mencabut rumput dari dasar laut kemudian menggoyangkan kepalanya untuk menyingkirkan pasir.
Meskipun biasanya memakan rumput laut pada kedalaman 1 – 5 meter, dugong juga dikenal mampu menyelam untuk mencari makan hingga kedalaman lebih dari 20 meter.
Mamalia ini harus makan setidaknya 50 kilogram rumput laut setiap harinya.
Hewan ini memiliki tingkat metabolisme yang sangat lambat dan ketika rumput laut langka mereka juga akan memakan alga.
Menurut survei Shark Bay Marine Park, Australia barat merupakan rumah terbesar bagi populasi dugong Australia.
Terdapat setidaknya 10.000 ekor dugong di perairan Australia barat dan sekitar 80.000 ekor di seluruh perairan Australia.
Laut Merah, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik juga dikenal sebagai habitat dugong (duyung).
Pada usia 9 – 10 tahun, dugong telah matang secara seksual. Namun, dalam beberapa kasus kematangan seksual baru terjadi pada usia 15 tahun.
Tidak seperti banyak spesies laut lainnya, perkawinan dugong tidak bersifat musiman dan terjadi sepanjang tahun.
Dugong jantan akan mengikuti satu betina dan mencoba kawin dengannya. Perilaku ini dikenal sebagai “following phase” yang diikuti oleh “fighting phase”.
Perkelahian bisa terjadi antara sesama jantan atau antara jantan dan betina
Tahap terakhir adalah “mounting stage”, yaitu ketika perkawinan yang sebenarnya terjadi.
Dugong jantan akan menunggangi betina dari bawah sementara jantan lainnya terus berusaha untuk mendapatkan posisi yang sama.
Hal ini berarti seekor betina dapat ditunggangi beberapa kali oleh pejantan yang saling bersaing sehingga hampir selalu menjamin terjadinya pembuahan.
Dugong betina mencapai kematangan seksual saat berusia 6 tahun, dan hanya menghasilkan satu anak setiap 2,5 – 7 tahun serta memiliki masa kehamilan panjang sekitar 13 – 14 bulan!
Untuk menghindari predator seperti hiu, induk dugong melahirkan anaknya di perairan dangkal.
Anak dugong tetap hidup dengan induknya hingga usia 1,5 tahun.
Setelah melahirkan, induk dugong tidak akan hamil untuk masa 2,5 sampai 7 tahun.
Mengingat tingkat reproduksi yang rendah, populasi dugong tetap rentan terhadap kepunahan.
Anak dugong menyusui selama 18 bulan atau lebih dan selama waktu tersebut selalu hidup dekat dengan induknya.
Anak dugong bahkan sering terlihat menunggangi punggung sang induk.
Anak dugong menyusu dari kelenjar susu induknya yang tersembunyi di bawah sirip.
Dugong kecil terus dekat dengan induk mereka sampai usia antara 6 hingga 9 tahun, di mana kemudian akan meninggalkan induk mereka untuk mencari pasangan sendiri.
Dugong di alam liar bisa hidup hingga 70 tahun atau lebih dan usianya dapat diperkirakan dengan menghitung lapisan pertumbuhan yang membentuk gadingnya.
Dugong terdaftar sebagai rentan di IUCN Red List, terancam punah di US Federal List dan juga terdaftar di Lampiran 1 CITIES (Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah).
Status terancam punah dugong sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia.
Misalnya, saat dugong terperangkap dalam jaring ikan dan tidak dapat muncul ke permukaan untuk mencari udara, mereka akan tenggelam karena hanya bisa menahan napas hingga 12 menit.
Rumput laut sering berada di perairan dangkal dan dugong sering menghabiskan sebagian besar waktu menyelam di kedalaman 10 meter atau kurang sehingga rentan terhadap tabrakan dengan perahu atau terkena baling-baling kapal.
Dugong juga mengalami kekurangan makanan di daerah dengan polusi tinggi dan di beberapa daerah dugong bahkan diburu oleh manusia.
Semua ancaman ini dikombinasikan dengan tingkat reproduksi yang rendah dan lambat membuat dugong harus dilindungi.
Perairan Sulawesi Utara dan sekitar Pulau Bangka merupakan wilayah di Indonesia yang menjadi habitat dugong.
Dugong sering terlihat di sekitar Bunaken dan Pulau Bangka di mana terdapat banyak rumput laut yang menjadi makanan mereka.
Waktu terbaik untuk melihat dugong adalah sekitar matahari terbit dan terbenam tetapi karena merupakan spesies yang pemalu, tidak di setiap kesempatan mereka akan terlihat.
Baca juga: Lirik dan Chord Pingal – Ngatmombilung
Fakta Menarik Lainnya Tentang Dugong
1. Mamalia ini hanya bisa menyelam selama 12 menit untuk kemudian harus muncul ke permukaan untuk bernapas.
2. Dugong kadang-kadang berada dalam posisi seperti berdiri dengan kepala berada di atas air untuk bernapas.
3. Predator alami dugong antara lain hiu besar, buaya air asin, dan paus pembunuh. Karena gerakannya yang lambat dugong sering menjadi mangsa mudah bagi predator.
4. Suara seperti kicauan, berderit, dan menggonggong digunakan oleh dugong untuk berkomunikasi.
5. Dugong (duyung) berenang dengan kecepatan 10 km/jam hingga 22 km/jam.
6. Dugong memiliki tulang yang sangat padat dan berat yang membuat mereka selalu berada di dasar air. Paru-paru dugong berada di sepanjang punggung dan membantu mamalia ini dalam posisi horizontal selama berenang.
7. Gading pada dugong jantan tumbuh selama masa pubertas di usia antara 12 hingga 15 tahun. Dugong betina biasanya tidak memiliki gading yang terlihat.
Itulah beberpa fakta menarik tentang dugong atau duyung yang telah kami rangkum. Semoga bermanfaat.